POTRET MARGA SILABAN,KINI DAN DIMASA YANG AKAN DATANG

DAFTAR ISI

HAL

  1. DAFTAR ISI     1
  2. KATA PENGANTAR     2
  3. PENDAHULUAN     3
  4. SEJARAH MARGA SILABAN     4
  5. SILSILAH / TAROMBO SILABAN     5
  6. PENGENALAN DIRI MARGA SILABAN     6
  7. MARGA SILABAN DIHADAPKAN DENGAN PERSEPSI YANG BERBEDA     9
  8. MAKSUD DAN TUJUAN     15
  9. KESIMPULAN     16

KATA PENGANTAR

Horas, salam sejahtera yang dari tuhan Yesus Kristus,

Artikel ini bertujuan hanya untuk membangkitkan semangat baru bagi semua marga Silaban, supaya lebih mengenal diri dan bangga sebagai marga Silaban. Sehingga mampu untuk menjaga rasa kesatuan dan persatuan dengan menjungjung tinggi harkat kekeluargaan dengan saling harga-menghargai antara sesama marga Silaban maupun diluar komunitasnya.

Pemaparan dan ulasan artikel ini, tidak semata-mata untuk menunjukkan kehebatan ataupun kekurangan marga Silaban yang di lakoni saat ini, tetapi lebih untuk mendorong supaya kebenaran tetap menjadi kebenaran dan bukan menjadi pembenaran.

Tulisan artikel ini masih jauh dari sempurna, baik dalam penyusunan kata-kata, cara penyusunan alinea, masih perlu perbaikan. Kami sebagai penulis sangat terbuka untuk menerima saran maupun kritik atas keberadaan artikel ini, Marilah kita sama-sama, saling bahu-membahu untuk memajukan marga Silaban.

Jakarta, 21 Januari 2014

Penulis :

(…..Dapot Parulian Silaban…..)

PENDAHULUAN

Kehidupan orang Batak pada umumnya sangat kental dengan budaya dan adat-istiadat yang diturunkan secara turun temurun dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini, marga Silaban adalah salah satu suku Batak yang tidak terlepas dari pengaruh jaman yang semakin berkembang dan sudah barang tentu harus mampu menyesuaikan keberadaanya dengan situasi dan kondisi sesuai dengan tuntutan jaman. Sesuai dengan judul artikel ini, bagaimanakah potret marga Silaban, dulu, kini dan dimasa yang akan datang?.

Jauh sebelum jaman kemerdekaan, marga Silaban sangat kompak dalam kekerabatan antara sesama namarhaha-maranggi, baik di dalam rutinitas kehidupan seharihari, maupun dalam menjalankan budaya adat sebagaimana yang dianut oleh suku Batak. Aktifitas dari orang-orang bermarga Silaban di jaman dulu sebagian besar diturunkan kegenerasi berikutnya hanya melalui cerita atau lajim disebut berupa turi-turian. Sesuai dengan bertambahnya waktu, demikian juga populasi pertumbuhan keturunan dari marga Silaban semakin hari semakin bertambah dan bahkan sampai saat ini sudah berpencar keberbagai pelosok tanah perantauan. Untuk mempererat hubungan tali persaudaraan, para tokoh dan penatua marga Silaban selalu berusaha untuk membentuk suatu wadah berupa kumpulan (Punguan) di berbagai tempat yang di huni oleh marga Silaban. Tetapi dari semua kumpulan-kumpulan ini sering mengalami pasang surut selalu mental tidak pernah ada yang sampai menuju puncak yaitu adanya kesatuan dan persatuan yang murni berlandaskan kasih persaudaraan yang sejati (seperti yang tertulis dalam Ibrani 13 : 1).

Menurut pandangan penulis, ada sesuatu yang tertanam, disembunyikan dan sudah tertinggal sangat jauh di belakang yang sekaligus menjadi benang merah sebagai batu sandungan pada persatuan dan kesatuan marga Silaban dan bahkan benang merah ini tidak pernah diputus, sehingga perekat antara sesama keturunan Silaban selalu semu dan tidak nyata. Diatas telah kita singgung mengenai turi-turian. Turi-turian ini sangat mudah tererupsi dan bahkan bertambah maupun dibelokkan, tergantung kemauan dari sang dalang, sehingga sejarah marga Silaban di cerna didalam beberapa versi yang berbeda.

Sejarah marga Silaban dengan versi yang berbeda, bagaimanakah kelanjutan drama yang di pertontonkan marga Silaban dari generasi-kegenerasi, apakah benang merah sebagai penghalang tidak bisa di putus?, dan bagaimanakah sikap dari generasi penerus marga Silaban dimasa yang akan datang. Semoga setiap marga Silaban dapat merenungkan hal ini dan mau untuk duduk bersama untuk mencari jalan keluar yang terbaik untuk mengatasi berbagai macam permasalahan yang timbul.

SEJARAH MARGA SILABAN

Marga Silaban dikenal sebagai keturunan Toga Sihombing, Keturunan Toga Sihombing ada empat orang, salah satunya adalah Borsak Jungjungan. Borsak Jungjungan merupakan anak sulung dari Toga Sihombing dan Borsak Jungjunganlah yang menjadi orang pertama bermarga Silaban.

Borsak Jungjungan lahir sekitar tahun 1539 atau sekitar 475 tahun yang silam (asumsi 25 tahun/satu generasi) di perkampungan (Parhutaan) Namartua Guminjang, letak Huta Namartua Guminjang berada di sebelah timur laut kota Tipang Kecamatan Bakti Raja, Kabupaten Humbahas dan dapat ditempuh dengan melalui jalan setapak dari kampung Sitedak dengan menelusuri lereng-lereng perbukitan. Menurut legenda (turi-turian), Borsak Jungjungan dikenal sebagai seorang saudagar yang sukses pada jamannya, sehingga orang-orang memanggilya menjadi silabaan, karena siapa saja para saudagar yang menjalin hubungan interaksi dengan dia pasti merasa diuntungkan (Mandapot parlabaan), Dan lama kelamaan Borsak Jungjungan lebih dikenal orang dengan sebutan Silaban.

Setelah cukup umur dan sudah waktunya untuk berkeluarga, Borsak Jungjungan Silaban berangkat meninggalkan huta Namartua Guminjang dengan menelusuri tepian danau toba dan sampai di suatu tempat perkampungan komunitas marga lain, Konon sampai sekarang belum ada literatur atau turi-turian akan kejelasan kemana dan darimana Borsak Jungjungan meminang istrinya. Sejarah yang diketahui keturunannya sampai dengan episode ini mengandung beberapa versi yang berbeda. Untuk memaparkan sejarah kelanjutan dari kehidupan Borsak Jungjungan, pada saat ini kita hanya bisa berargumen dengan mengatakan “menurut pengetahuan saya” dan belum ada kesepakatan secara bersama oleh keturunan Borsak Jungjungan untuk menetapkan sejarah yang autentik yang dapat di pertahankan sampai ke generasi yang akan datang.

Sejarah, adalah salah satu kelemahan dari marga Silaban, dan sekaligus sebagai pembuktian betapa lemahnya persatuan dan kesatuan yang dimiliki marga Silaban. Secara umum semua keturunan Borsak Jungjungan Bangga dan semangat menyebut Pomparan ni Borsak Jungjungan, tetapi siapakah Borsak Jungjungan itu? Kita hanya mengetahui sebatas Namanya saja. (Tentunya ini adalah menjadi PR marga Silaban, hari ini dan di hari yang akan datang).

Kita dapat mengutip sebuah kata bijak : ” Marga yang besar adalah Marga yang mencintai sejarahnya”.

PENGENALAN DIRI MARGA SILABAN

Pada masa awal keberadaan marga Silaban, situasi perkampungan orang batak masih sangat tertutup. Dalam interaksi hubungan sosial sesama orang batak, baik antara marga yang satu dengan marga yang lain maupun hubungan antara kampung, mereka menciptakan prinsip dan konsep hubungan kekeluargaan yang dikenal dengan falsafah adat dalihan natolu. Marga Silaban pada saat itu masih bersatu dengan saudara-saudaranya dari keturunan Toga Sihombing.

Melihat regenerasi dan populasi perkembangan keturunan Toga Sihombing bertambah tahun semakin berkembang, tetapi ada suatu masalah yang dihadapi keturunan Toga Sihombing terutama oleh anak-anak muda, baik laki-laki maupun perempuan, sangat sulit untuk mencari jodoh karena ketatnya peraturan-peraturan yang diterapkan dari perkampungan marga lain, sehingga pada suatu ketika keturunan Toga Sihombing mengadakan pesta besar dan melaksanakan adat ritual “tas-tas bong-bong” dimana dari keturunan empat bersaudara : Borsak Jungjungan Silaban, Borsak Sirumonggur Lumban Toruan, Borsak Mangatasi Nababan dan Borsak Bimbingan Hutasoit, bisa marsi boru-boruan.

Dalam kurun waktu yang panjang, generasi Borsak Jungjungan Silaban ikut berkembang, mari kita simak bagaimanakah keberadaan marga Silaban sampai saat ini? Sesuai dengan pekembangan jaman dalam era modernisasi saat ini, maka segala sesuatu dalam perubahan, sungguh hal yang tidak terbantahkan dan semuanya yang hidup di jaman kemajuan ini akan serta merta harus sanggup untuk mengikuti dan melakoni segala perubahan sesuai tuntutan jaman, salah satunya harus selalu diperlukan rekonsiliasi. Mengapa Rekonsiliasi perlu untuk keturunan Borsak Jungjungan atau yang dikenal luas di suku Batak sebagai orang yang bermarga Silaban?. Ini adalah suatu hal yang mutlak harus dilakukan saat ini, Sehingga keturunan dari Borsak Jungjungan mampu untuk berbenah diri dalam mencapai kebersamaan dalam persatuan dan kesatuan antara Namarhaha-Maranggi dan tentunya di dukung oleh golongan Boru. Secara jujur kita harus mengakui bahwa dari antara keturunan Toga Sihombing, dimana sebagai anak yang sulung adalah Borsak Jungjungan sangatlah jauh ketinggalan, baik dibidang ekonomi, pendidikan dan dari segi kultural budaya dan sosial.

Berbagai usaha telah ditempuh dan dilakukan oleh Penatua dan Tokoh dari marga Silaban untuk menyatukan persepsi dalam menyatukan pendapat supaya dapat seia-sekata dalam melaksanakan sesuatu yang baik bagi keturunan Borsak Jungjungan Silaban, namun sampai saat ini kekompakan yang dilakoni masih samar-samar, akhirnya menjadi batu sandungan dan bahkan mengakibatkan benturan-benturan yang kurang baik antara namarhaha-maranggi yang secara otomatis akan menimbulkan mandeknya usaha-usaha yang dilakukan demi kemajuan bersama. Maka untuk menyesuaikan keperkembangan jaman, kita perlu mencari, memahami apakah sumber permasalahan yang mungkin terlewatkan atau tertinggal bahkan tidak tersentuh diantara sesama marga Silaban, kenapa anggi doli Borsak yang tiga lagi bisa tergolong sukses dalam persatuan dan kesatuan mengharumkan nama dari ompung mereka?. Kita perlu merunut ke belakang, menurut hemat penulis, salah satu sumbernya adalah mengenai garis keturunan (Tarombo) dimana khususnya Keturunan Op. Raja Dioma-oma yaitu Datu Bira, Datu Mangambe dan Datu Guluan masih mempunyai tarombo yang berbeda satu sama lain. Dan yang lebih menonjol dalam hal ini adalah pengambilan nomor silsilah keturunan langsung di tetapkan dimulai dari Datu, lantas Op. Raja Dioma-oma diselipkan dimana? bukankah itu ayah dari Datu Bira, Datu Mangambe dan Datu Guluan? Kita dengan semangat mengatakan keturunan Borsak Jungjungan, tetapi disaat kita mengucapkan itu, kita telah membohongi diri kita sendiri sebab di penomoran marga saya, Borsak Jungjungan tidak ada, anaknya tidak ikut dan bahkan Ayah dari Ompung Saya (Datu) semuanya dihilangkan, bukankah ini suatu kebohongan?. Sebagi seorang Kristen diwajibkan menjadi pejuang kebenaran. Dan dalam firman Tuhan ada titah ke lima (Hormatilah Orangtuamu…), di dalam Alkitab silsilah dari Adam sampai ke Yesus ada tertulis Mat 1 : 1 – 25 (berarti Silsilah itu perlu diketahui). Dan dalam falsafah Batak ada tertulis “Pantun hangoluan, tois hamagoan”.

Dalam sebagian kalangan dari marga Silaban, situasi yang kurang lengkap dalam menyatukan persepsi mengenai tarombo ini adalah sesuatu hal yang tabu untuk dibicarakan, lalu sampai kapankah kita menutupi kekurangan-kekurangan yang melekat di dalam diri kita masing-masing?, dan bagaimana kita untuk melangkah lebih maju kalau hal seperti ini terus kita diamkan?. Ini adalah suatu sifat keangkuhan dan ke egoisan dari marga Silaban. Dari situasi yang kita alami saat ini khususnya mengenai garis nomor keturunan (Tu ginjang dang marnasahat, tutoru laos tamba rundut ) ai nungnga taihuthon mambuat nomor sian Datu tontu sian tonga-tonga, ujung na sai lalap diparalang-alangan laos hot gaung-gaung, akhirnya kebersamaan antara sesama marga Silaban namarhaha-Maranggi tetap dalam keadaan semu dan tidak murni dengan keikhlasan, ada suatu ganjalan yang sulit diterjemahkan.

Sebagai bahan perbandingan, bisa kita saksikan kekompakan dan kebersamaan dari Anggi doli kita keturunan Borsak Sirumonggur, Borsak Mangatasi dan Borsak Bimbingan, mereka dengan bangga membesarkan dan menghormati nama besar dari Ompungnya dengan mengikut sertakan dan menempatkan Borsak sebagai nomor satu dalam silsilah penomoran dalam garis keturunannya. (Sian ginjang Tota laos tu toru gabe tiur gabe sada ma rohana laho marpambahenan). Yang kita alami sekarang khususnya dari keturunan Borsak Jungjungan tu ginjang dang sada dope pandapot, na di toru pe laos so dianturehon (Godang dope sian pinompar ni Ompui na so haru tangkas masuk tu pinompar ni Borsak Jungjungan).

Borsak Jungjungan, on ma sahalak jolma naparjolo mar-marga Silaban, jala laos Ompunta on do namewarishon arta naummarga na sora buruk nasora mahiang diangka pomparanna sahat ro di ujung ni ngoluna. Nagabe sungkun-sungkun : Bohado hita nuaengon nungnga toho taradoti arta pusakai? manang na holan mamangke sambing do, olo do molo nitaringotan tarombo gabe didok ketinggalan jaman manang pagodang siulaon, alai songon halak kristen hita, tontong do hata ni Tuhan i nanaeng si ulaon, ima natarsurat di PADAN NAIMBARU : (Na gabe songon bahan referensi) Lukas 2 : 1-7.


MARGA SILABAN DIHADAPKAN DENGAN PERSEPSI YANG BERBEDA

Sebelum kita lanjutkan, maka ada baiknya kita merenungkan kata-kata bijak berikut ini, barangkali perlu untuk di pertimbangkan.”

Kalau kita merunut ke belakang yaitu  pada tgl 10 Oktober 2010 seluruh keturunan Borsak Jungjungan Silaban, Boru dan Bere telah melaksanakan Doa bersama di Bonapasogit.  Sebelum dihari H nya atau di tahun sebelumnya,  bisa dikatakan bahwa punguan Silaban dimanapun berada sangatlah solid, tetapi selepas pesta/Doa bersama mulailah timbul kerikil  kerikil kecil, dan saat ini kelihatannya sudah semakin terbuka lebar atas semua perbedaan pendapat mengenai kesatuan dan persatuan  itu.  Kita semua keturunan Silaban patut bertanya “kenapa ini terjadi? siapakah yang salah? Umumnya  setelah  berdoa  kedamaian  yang  ada  dan  berkat lain  akan  datang  dengan  sendirinya. Harus  kita  menyadari betapa pentingnya saling menghormati antara Namardongan tubu, terlepas dari latar belakang dari seseorang marga Silaban.  Saya mencoba menelaah kenapa kesatuan itu semakin tertinggalkan adalah disebabkan terlalu dominannya hegemoni seseorang atau beberapa orang tanpa memiliki rasa saling menghormati. Inilah yang menjadi  warning  buat  Silaban.

Saya  mencoba memberikan alasan kenapa Marga Silaban kesatuannya diambang krisis, mohon di catat,  bahwa “Hendaklah Tuhan memberkati semua keturunan Silaban ” supaya hal ini jangan pernah terjadi :

  1. Punguan Borsak Jungjungan yang ada di Jabodetabek memegang idiom “Baliga ma binaligahon barita ma binaritahon” tentang adanya program kerja dari pengurus Borsak Jungjungan saportibi? untuk mendirikan monumen Borsak Jungjungan di bonapasogit persinya di Dolok Margu, menurut rencana peletakan batu pertama akan dilaksanakan tgl 10 oktober 2013.
  2. Tentu program seperti ini sungguh sangat baik, tetapi pertanyaannya adalah, Sudahkah  Punguan  Borsak Jungjungnan Jabodetabek mengetahui  rencana itu?
  3. Karena  acara ini bersifat monumental, sudah  siapkah  Silaban  meletakkan  prinsip   dan  podasi  “sebagai  andor sipaihutihuton” dikemudian  hari menyangkut Silsilah atau sejarah mulai dari BorsakJungjungan sampai kepada keturunannya saat ini, dan bahkan akan kita turunkan kegenerasi yang akan datang ?
  4. Apakah sudah disosialisasikan dan  dipaparkan kepada semua keturunan Borsak Jungjungan paling tidak kepada punguan punguan yang ada?

TANGGAPAN KHUSUS KETURUNAN DATU MANGAMBE MANGAMBIT :

  1. KILAS BALIK

    Keberadaan keturunan Borsak Jungjungan baik di bona pasogit maupun di tanah perantauan menunjukkan angka peningkatan populasi, baik di bidang ekonomi, sosial maupun di bidang pendidikan mengalami kemajuan yang signifikan dan tidak ketinggalan dari marga – marga lain yang ada di marga Batak.  Oleh karena itu, sebagai ucapan syukur dan terima kasih pada Tuhan, sehingga para penatua dari keturunan Borsak Jungjungan yang ada di Bona Pasogit maupun yang di perantauan sepakat untuk menggagas suatu perhelatan besar dalam bentuk pesta dan doa bersama  bagi seluruh keturunan Borsak Jungjungan Silaban ,Boru dan Bere .  Dari hasil kesepakatan itu terlaksanalah pesta Doa bersama pada tgl 10 Oktober 2010.

  2. KEBERADAAN PUNGUAN BORSAK JUNGJUNGAN JABODETABEK.

    Setelah selesainya Pesta Doa bersama tgl 10 Oktober 2010, Punguan Borsak Jungjungan Jabodetabek mengadakan rapat anggota sekaligus sosialisasi dan laporan panitia pesta Doa bersama di bulan November 2010 bertempat di sekretariat Silaban (Jl.Gempol).  Sebagian Penatua dan penasehat punguan berhalangan hadir pada rapat tersebut akhirnya disepakati bahwa laporan panitia di tangguhkan dan akan di serahkan kembali pada acara pembubaran panitia Pesta doa bersama yang akan di laksanakan di kemudian hari. Kemudian paparan dan sosialisasi program sebagai hasil kesepakatan dari pesta doa bersama yang sudah dilaksanakan di bona ni pasogit dilanjutkan pada rapat hari itu , dengan  point – point hasil kesepakatan bersama panitia pesta doa bersama, antara lain :

    1. Terpilihnya Ketua Borsak Jungjungan se dunia (peserta rapat menanggapi secara Pro dan Kontra, karena banyaknya hal dari tahapan-tahapan pembentukan suatu punguan marga sedunia belum melalui  proses sebagaimana mestinya,  maka hasil rapat memutuskan supaya keberadaan Punguan Borsak Jungjungan sedunia segera dikaji kembali, dan Ketua yang terpilih (Formatur) mengadakan sosialisasi yang mendalam terhadap semua punguan keturunan Borsak Jungjungan dan melengkapi segala perangkatnya…… (sampai Detik ini tidak terksana)
    2. Rencana pembangunan Monumen Borsak Jungjungan. (Hasil kesepakatan rapat untuk pelaksanaanya harus diadakan koordinasi yang aktif terhadap penatua-penatua yang ada di bona pasogit beserta semua punguan-punguan keturunan Borsak Jungjungan dimana pun berada baik dalam pembentukan kepanitiaan maupun pentingnya informasi tentang pelaksanaanya…….. (Sampai Detik ini  Tidak  terlaksana).
    3. Laporan Keuangan Panitia Pesta doa Bersama (Di tunda) untuk dilaksanakan di kemudian hari.

  1. HILANGNYA INFORMASI DAN BEDA PERSEPSI.

    Setelah sekian lama semua  anggota  menunggu hasil  kesepakatan rapat punguan Borsak Jungjungan Jabodetabek yang diadakan bulan November tidak ada tindaklanjutnya.  Akan tetapi sebagian Orang tua Marga Silaban, baik yang ada di Jabodetabek dan sebagian dari Bandung memilih dan bertindak atas pribadi/pikiran dan hati nuraninya sendiri, tanpa melibatkan Punguan Borsak Jungjungan Jabodetabek atau mungkin Punguan Borsak Jungjungan yang di daerah lain tidak pernah dilibatkan dengan  Slogan “Maju tak gentar, tanpa Punguan kita Bisa”, kira-kira begitu mungkin prinsipnya kemudian dari mulut-kemulut terdengar khabar bahwa panitia untuk pelaksananan pembangunan monumen Borsak Jungjungan sudah mulai bekerja.  Akhirnya timbul pertanyaan : Sejak kapan dibentuk?,  Siapa yang mensyahkan? Sejauh mana pemahamanya tentang apa yang mau dikerjakan,  Bukankah ini menyangkut tentang Nama besar Ompu Parsadaan?, Kenapa tidak pernah ada pemberitahuan terhadap Punguan?, Sudahkah semua keturunan Borsak Jungjungan terwakili paling sedikit untuk sekedar mengetahuinya?.

    Setelah diadakan pendalaman atas semua pertanyaan diatas, ternyata semua pertanyaan itu adalah suatu pepesan kosong, dan akhirnya  para Tokoh, Natua tua,  dari  Borsak Jungjungan baru  memahami  bahwa  follow up  hasil  rapat  tidak  di laksanakan,  karena maksud  dari  Pembangunan  Monumen tersebut  tidak murni dari hasil kesepakatan seluruh keturunan Borsak Junjungan.

  2. TEGURAN DAN HIMBAUAN TERHADAP PENGURUS PUNGUAN BORSAK JUNGJUNGAN JABODETABEK

    Adanya semangat kekeluargaan dan kesatuan antara keturunan Borsak Jungjungan yang berdomisili di Jabodetabek, segera merespon situasi dan informasi tentang pelaksanaan peletakan batu pertama atas pembangunan monumen Borsak Jungjungan yang akan diadakan tgl 10 Oktober 2013, Para Natua tua  yang sudah Sepuh  dari  Punguan mempertanyakan hal ini kepada Pengurus Punguan, “kenapa Peberitahuan dari Pengurus tidak pernah sampai kepada semua anggota punguan?”. “Bukankah Pekerjaan/pendirian monumen ini milik kita semua keturunan Borsak Jungjungan?”

    Setelah Pengurus mendapat pertanyan yang terus menerus dari para anggota  akhirnya  PENGURUS  Punguan Borsak Junjungan Jabodetabek  mengadakan  rapat istimewa  pada tgl 17/08/2013 di hotel Matra yang di hadiri para Pengurus, Tokoh adat, Sesepuh dan beberapa anggota. Dalam rapat tersebut  Ketua Borsak Jungjungan Sejabodetabek : Janter Silaban dengan tegas memberitahukan kepada semua peserta rapat bahwa : Tentang adanya khabar berita akan dimulainya pembangunan monumen Borsak Jungjungan di Dolog Margu Humbahas  sebagai pengurus tidak pernah DI UNDANG  DAN TIDAK  MENGETAHUI ADANYA  RENCANA  TERSEBUT. Salah satu anggota panitia sekaligus  Penasehat di Punguan Jabodetabek hadir  menanggapi dengan perkataan yang  kurang baik (Tidak etis kalau dituliskan disini). Juga menyepakati/menerima Amanah   untuk  mengadakan  pertemuan  Panitia Pesta Pembangaunan dengan  Pengurus  Jabodetabek, akan tetapi sampai pada hari H peletakan batu pertama, Amanah yang diterima salah seorang penasehat tidak pernah dilaksanakan, “Selamat tinggal Jabodetabek dan Punguan Borsak Jungjungan di daerah lain”.

  3. PESTA PARTANGIANGAN POMPARAN DATU MANGAMBE MANGAMBIT DI HUTA SILABAN TANGGAL 12 OKTOBER 2013

    Pada tgl tersebut diatas telah diadakan partangiangan pomparan Datu Mangambe Mangambit di Huta Silaban, yang dihadiri sekitar 3000 orang, dari berbagai pelosok antara lain dari Bandung, Jabodetabek, Lampung, Jambi, PK. Baru, Duri, Bagan batu, Batam ,Tebing tinggi, Medan, Dairi, Padang, Padang Sidempuan, Sibolga dan lain-lain  serta dari semua bona pasogit pomparan ni Datu Mangambe Mangambit dan harus diakui semua yang hadir pada acara tersebut, bahwa Acara ini Luar Biasa dan Sukses. Panitia  Pesta Partangiangan dari Bonapasogit, mengundang beberapa utusan anak Pangaranto untuk mengadakan Rapat terbuka bagi Pinompar ni Datu Mangambe Mangambit  pada  malam  tgl 11, 12, 13 bulan Oktober 2013  dimulai Jam 19.00  dilokasi Patung Datu Mangambe Mangambit yang dihadiri 150 orang lebih  untuk  membahas   beberapa  topik yang  sangat  Penting, yaitu :

    1. Keberadaan pembangunan monumen Borsak Jungjungan yang berlokasi di Dolog Margu
    2. Pelaksanaan  Pesta  Ulang Tahun  Emas Tugu Ni Datu Mangambe Mangambit tahun  2016

Songonon ma Hata dohot Pandapot natarbege di Rapot i :

  1. Hatorangan ni Natua-tua ni Pomparan ni Datu Mangambe Mangambit na adong di Bona Nipasogit na mandohoti rapot i, sude mandok dang parbinoto, dang hea dilibathon hami laho manaringoti aha namasa di siulaon nalaho pajongjonghon monumen ni Borsak Jungjungan, alai heado sahali diundang hami tu sada rapot, hubahen hami alus nami dungkon ni i,  dang hea be binoto manang naung sahat didia, jadi keputusan sia hami “Dang Parbinoto Hami disi”
  2. Hatorangan ni sude anak ranto manang na sian diape luat na, sada do tong pandapot na “Dang parbinoto Hami disi ai sohea adong boa-boa tu Hami” Alai Hami angka ianangkon mu na dipangarantoan, meme ni Hamu natua-tua nami natinggal di bona ni pasogit do huallang hami, Tuturi Hamu hami songon dia mambahen nadenggan.

    Marganjang ma penorangion, jala tarboto sude, naung ditinggalhon do hape pomparan ni Datu Mangambe Mangambit tarlumobi ma sude namandohoti rapoti di nalaho mangula sada siulaon na bersejarah di pinompar ni Borsak Jungjungan, gabe hohom ma sude natorop i, tung tungki jala maheu do berengon bohi niangka natua-tua i, Jongjong ma sahalak Natua-tua nasian Jakarta mandok : Marsantabi Au di tua ni sangap mu saluhutna angka Bapa dohot Ompung dison, Molo Hami angka ianangkon mu na di Jabodetabek, sisada ulaon do hami pinompar ni Borsak Jungjungan, alai ala huboto hami barita sian hamu dang parbinoto Hamu di pembangunan ni monumen Borsak Jungjungan di Dolog Margu, antong boha ma hami laho mangulahon Ulaon ni Pomparan ni Borsak Jungjungan di Jabodetabek, Borsak Jungjungan nadia nama Gorahonon nami, Borsak Jungjungan Natagorahon nasai laon do manang na diojakhon na di dolog Marguan. Boasa huroha dang panolopi hita diangka napinajong-jong na i, tabahen ma jolo alasan asa rap mangantusi hita.

  3. Seharusnya dalam melaksanakan Peletakan Batu Ojahan, Utusan yang meletakkan harus dipilih secara Adat dan Partuturon, Jadi Natua-tua di Bonapasogit belum Pernah MENGUTUS SESEORANG POMPARAN NI DATU MANGAMBE untuk meletakkan Batu Ojahan.
  4. Bahawa semua peserta Rapat Menolak dan menyatakan bahwa MONUMEN BORSAK JUNGJUNGAN TIDAK SAH dengan alasan sebagai berikut :
    1. Secara umum pomparan ni Datu Mangambe Mangambit tidak mendapatkan pemberitahuan  secara resmi, dan tidak pernah menyuruh ataupun mengutus seseorang dari Pomparan ni Datu Mangambe Mangambit sebagai perwakilan dalam hal perencanaan dan pelaksanaan pembangunan monumen Borsak Jungjungan yang ada di Dolog Margu.
    2. Mengingat asal usul dan Bona pasogit Borsak Jungjungan yang letak geografisnya tepat berada di huta Tipang, sebagaimana dengan huta bona pasogit dari Saudaranya : Borsak Sirumonggur, Borsak Mangatasi dan Borsak Bimbingan yang sudah di pugar di Tipang, maka perlu ditinjau ulang.
    3. Dalam Hal pendirian suatu Monumen Parsadaan suatu Marga dari Orang Batak, silsilah/ Tarombo dari semua keturunannya harus di ikut sertakan, Fakta dilapangan : Tarombo/ silsilah Borsak Jungjungan yang diketahui keturunannya masih belum seragam, untuk itu perlu harus duduk bersama untuk mencari solusi terbaik yang bisa diterima secara luas di kalangan keturunan Borsak Jungjungan. Maka, dengan adanya masukan dan pendapat yang membuat situasi dan kondisi Pomparan ni Datu Mangambe Mangambit menjadi “dikucilkan” yang seharusnya NATUA TUA YANG DITOKOHKAN DI BONAPASOGIT harus BERPERAN dalam acara Borsak Jungjungan, maka pada saat itu juga diadakan Voting yang yang dipandu seorang Penatua peserta rapat untuk memutuskan pandangan dan pendapat dari Pomparan Datu Mangambe Mangambit, seraya berkata : Kita bebas menentukan pilihan masing-masing, Hari ini tgl 12/10/2013 jam 21.45 dalam rapat Pomparan Datu Mangambe Mangambit “Di pogu ni alaman ni Patung ni Ompunta” Apakah SYAH ATAU TIDAK SYAH Pembangunan monumen Borsak Jungjungan “? Dari 150 Orang peserta Rapat, 149 ORG MENYATAKAN TIDAK SYAH dan 1 orang menyatakan SYAH karena ikut makan pada hari peletakan batu pertama, Kemudian, peserta rapat Berdiri sambil TEPUK TANGAN memecah keheningan alotnya perjalanan rapat.

    1. KEPUTUSAN RAPAT

      Untuk mengakhiri acara rapat hari itu, semua utusan dari anak rantau bergantian menyampaikan kata ucapan syukur dan terimakasih. Kemudian hasil Keputusan rapat dibacakan kembali oleh pimpinan rapat : Jakondar Silaban di Dampingi Ketua Panitia Pesta; B Silaban, dengan menggaris bawahi ” PEMBANGUNAN MONUMEN BORSAK JUNGJUNGAN YANG BERLOKASI DI DOLOG MARGU TIDAK SAH BAGI KETURUNAN DATU MANGAMBE MANGAMBIT”.

      Selain perbedaan perspsi dan beda pendapat diatas,masih banyak lagi masalah yang timbul ke permukaan terlebih masalah tarombo/silsilah Borsak Jungjungan Silaban yang sudah turun temurun bagi keturunannya masih terbengkalai,disengaja atau tidak, adalah merupakan suatu pembiaran,sehingga membawa alur tarombo masing-masing menurut versi yang berbeda-beda. Sejarah telah mencatat bahwa keturunan Borsak Jungjungan khususnya dari keturunan Op. Raja Dioma-oma tidak pernah memiliki keseragaman tarombo.

MAKSUD DAN TUJUAN

  1. MAKSUD :
    1. Marga Silaban sebagai salah satu marga dalam suku Batak, tetap dalam koridor konsep budaya Batak, yaitu Dalihan Natolu.
    2. Dengan memperhatikan keberadaan marga Silaban, baik mengenai tarombo maupun mengenai penomoran garis keturunan identitas pribadi akan marganya perlu dibicarakan dan diperbaiki untuk ditetapkan dalam ketetapan bersama.
    3. Keturunan Borsak Jungjungan mau dan berusaha untuk mencari kebenaran akan tarombo Borsak Jungjungan tetap dalam kebenaran, dan bukan menjadi suatu pembenaran.

  1. TUJUAN :
    1. Keturunan Borsak Jungjungan tetap menghormati sekaligus mengetahui sejarah leluhurnya.
    2. Terciptanya persatuan dan kesatuan antara sesama keturunan Borsak Jungjungan tanpa merasa di beda-bedakan untuk mengharumkan nama besar Borsak Jungjungan Silaban sebagai orang pertama bermarga Silaban.
    3. Untuk memberikan semangat baru dan percaya diri sekaligus bangga sebagai marga Silaban dari generasi-kegenerasi sepanjang waktu.

KESIMPULAN

Dengan melihat perkembangan dan situasi yang dialami marga Silaban saat ini sungguh memprihatinkan. Maka oleh karena itu marga Silaban perlu segera berbenah diri untuk menetapkan dan mempersatukan persepsi yang berbeda, baik mengenai tarombo maupun mengenai program-program yang dianggap bisa mempersatukan seluruh keturunan Borsak Jungjungan.

***** SEKIAN *****

PENUTUP

Situasi dan pemaparan yang dituliskan di dalam artikel ini, tidak ada maksud untuk mempersalahkan seseorang ataupun kelompok,mohon maaf atas kalimat-kalimat yang kurang berkenan. Terimakasih.


5 thoughts on “POTRET MARGA SILABAN,KINI DAN DIMASA YANG AKAN DATANG

  1. Mangalaban Silaban

    Rajinlah menulis, karena tulisan-tulisan yang diabadikan dalam bentuk buku menjadikan anda mempunyai gudang ilmu yang anda dan anak keturunan anda bahkan umat manusia untuk menguasai dunia

    Balas
    1. Sangkan M. Sitompul

      Saya Sangkan M. Sitompul/Br. Silaban.
      Secara Pribadi saya sangat berterima kasih kepada Naposo Silaban Pomparan ni Datu Mangambe Mangambit maupun ke Naposo Silaban Junjungan Sejabodetabek. Ucapan terima kasih ini saya sampaikan karena atas kesatuan dan persatuan yang telah dilaksanakan dengan baik. Mereka (naposo) sudah bisa membedakan kegiatan yang dilakukan antara PPDMS dengan Junjungan. Buktinya pada saat Pomparan Datu Mangambe Mangambit mengadakan Pesta di Gedung Sejahtera pada Bulan Maret 2014 mereka (naposo) hanya Naposo pomparan Datu Mangambe Mangambit yang aktif dan naposo Silaban lainnya (Junjungan) tidak ada mempermasalahkan…….tetapi pada saat Silaban sedang berduka….Mereka (naposo) semua ikut aktif dan bahkan membuat suatu acara khusus naposo Silaban Junjungan sejabodetabek………Lanjutkan Naposo cara bertolerasi berpikir dan bertingkah laku……HIDUP NAPOSO SILABAN SEJABODETABEK…..

      Balas
  2. SANGKAN MS

    Semua Suku di dunia mempunyai Sejarah…masing2 termasuk Suku Batak toba…semua marga batak pasti ada sejarahnya…….JGN SEKALI2 MELUPAKAN SEJARAH….termasuk membelotkan cerita sejarah…..

    Balas
  3. Bajongga Silaban, SE., ST., M.Si.

    Tolong disimak : Ada tiga melemahkan satu marga, kaburkan sejarah (Agohonon silsilaH), hancurkan bukti otentik (marga lisan do dang tertulis pd hatiah), putuskan hubungan dgn leluhur (loja do bangsa Amerika mangalulu leluhurna, baliksama hita on). Jadi molo holan TULISAN do bahenonta ingkon adong KONSOLIDASI. mlt

    Balas
  4. Monang JP Silaban

    Tulisan yang indah memiliki makna sangat luar biasa, apakah kita tetap tidur? Sejarah adalah dasar identitas suatu marga, tarombo adalah patokan tali persaudaraan sesama marga, apakah kita masih tidur? Saat ini saya tidak mau lagi mengatakan Borsak Jungjungan tiap ada acara sebab dalam penomoran tarombo saya tidak di cantumkan Borsak Jungjungan sampai Raja DIomaoma padahal beliua itulah pembuka sejarah bagi marga saya.Godang do hita bangga mandok boru ni Lontung anak ni Toga SIhombing hape ompungta sandiri dang taboto, termasuk SUMBA pe jarang do tataringoti. Naunghebat do Lontung sian dirinta sandiri? Adong do pomparan ni Lontung napabalgahon ompu i Raja Nalontungon alai hita pompran ni SUMBA lupa jala godang naso umbotosa. Borsak Jungjungan Dimana dirimu sekarang?

    Balas

Terimakasih,komentar anda tampil setelah mendapatkan persetujuan dari admin.